1999_April_Edisi 100_selip:
Mahasiswa
The Happy Selected Few”! Inilah ungkapan Soe Hok Gie ketika berbicara soal mahasiswa, yaitu segelintir kaum muda yang bisa mengenyam pendidikan tinggi serta punya tanggung jawab dalam perjuangan bangsanya. Sedikit tidak heroik, masa mahasiswa punya segudang romantisme, dari mulai harus menjalani plonco, bangga terhadap atributnya, sampai bagaimana mereka berusahan mengenali potret buram masyarakatnya lewat organisasi sosial. Jika menyimak kembali sejarah, kaum terpelajar tempo dulu pun tak hanya sibuk mengarsitek kemerdekaan RI, tapi juga punya gaya hidup yang khas jamannya.
- Apakah Plontjo? Waktu itu tahun 1958, disebutkan “para plontjo/plontji disuruh berdjemur dulu mulai djam 15.00-18.00, kemudian disuruh menutup mata dengan sapu tangan dan jalan merangkak sejauh 100 meter. Dan diachiri dengan djalan menjuruk medja ketjil sepanjang 50 m.” Yel-yel serta lagu-lagu mars almamater dinyayikan. Untuk manguji ketahanan mental serta bangga terhadap almamater.
- Sudah ada sejak jaman Belanda. Panggojlogan yang disebut Plontjoe sudah ada sebelum kemerekaan. Model ini diadaptasi dari Universitas di Belanda, yang konon ketika di negeri asalnya sudah mulai ditinggalkan, di Indonesia malah justru menjadi trend. Dalam sejarahnya, ritus ini beberapa kali berganti sebutan- Plontjoe, posma, maparam, Os, dan yang terakhir bernama Ospek (Orientasi Studi Pengenalan Kampus).
- Warisan Kolonial? Perdebatan tentang plonco sudah pernah muncul pada tahun 1959’an. Dalam majalah Gama Gede Winnjana menuliskan “Apakah di Indonesia memang perlu diadakan perplontjoan? TIDAKK !! ini sudah dijawab paling dulu oleh Universitas Indonesia. UI adalah peninggalan kolonial, tapi paling dulu menyadari bahwa dia bukan lagi milik kolonial dan menghilangkan bau kolonial. Berusaha membentuk pribadi sendiri, pribadinya orang merdeka.”
- Ospek yang semakin tak populer. Sejak adanya kasus kematian peserta ospek tahun 1995 di ITB, maka Ospek semakin tidak diminati mahasiswa baru dan berbagai lapisan masyarakat. Laporan dari Universitas Gajah mada Yogyakarta menyebutkan bahwa peserta Ospek menurun cukup dramatis di beberapa Fakultas. Yang jelas penurunan mencolok di FISIPOL, HUKUM, SASTRA, EKONOMI. Di FISIPOL dari 624 mahasiswa baru yang mendaftar ulang, sekitar 94% mendaftarkan diri ke panitia,. Hari pertama hanya 367 mahasiswa yang hadir, selnjutnya mereka mundur dengan macam-macam alasan. Oni, ketua senat FSR IKJ mengatakan bahwa tahun lalu banyak sekali surat dari LSM yang memprotes program ospek sebagai pelanggaran HAM.
Leave a Reply