2000_Juni_Edisi 113_gaya :
lego
Ade Tanesia/Rohman Yuliawan
Sekitar 203 ,milyar balok Lego telah terjual di seluruh dunia selama lima dekade terakhir. Artinya masing-masing orang di dunia “punya” bermain dengan 33 buah balok lego. Jenis mainan yang telah berusia 63 tahun ini tak pernah usang termakan jaman. Lego selalu menjadi mainan yang merangsang daya imajinasi seseorang.
Dari Seorang Tukang Kayu
Banyak yang tidak menyangka bahwa mainan bagi jutaan anak-anak di dunia ini diciptakan oleh seorang tukang kayu. Adalah Ole Kirk Christianse, pria kebangsaan Denmark yang mendirikan perusahann lego pada tahun 1932. Awalnya jenis mainan ini masih berupa balok-balok kayu dan Christianse memberi nama Lego, berasal dari frasa bahasa Denmark, “leg Godt” yang artinya “bermain dengan baik, “Kemudian perusahaan Lego lalu menegaskan sebagai “proses belajar dengan bermain”. Hal ini yang paling menarik, produk ini memberikan kemungkinan tak terbatas bagi anak-anak untuk mengembangkan aktivitas dan imajinasi mereka. Sejak tahun 1949, perusahaan ini telah menghasikan lebih dari 200 jenis mainan dari kayu dan plastik. Dan Tahun 1958 dikembangkan lagi dengan system kancing dan tabung penempel. Pada tahun-tahun berikutnya, Lego tidak sekedar menyajikan “mainan untuk dibangun, “tapi juga sebuah “mainan untuk berfikir” yang juga dapat mengasah daya pikir anak-anak. Tidak heran jika temuan Ole Kirk ini telah dinobatkan menjadi “mainan abad ini” oleh Majalah Fortune. Produk ini dianggap telah mampu mengubah banyak manusia di sepanjang abad 20, baik dari sisi teknologi maupun muatan pendidikannya.
“Kami selalu mencoba untuk selalu berada di tengah inovasi teknologi terutama dalam mengembangkan permainan yang merangsang kreativitas dan imajinasi anak-anak,” kata Kjeld Kirk Christianse, Presiden perusahaan Lego. “Tujuan kami di abad ke-21 adalah mempertahankan dan melanjutkan prestasi kami. Selama hampir 70 tahun, kami telah beralih dari mainan berbahan kayu lalu mempergunakan balok plastik dan kini dengan sistem robotis yang cerdas,” lanjutnya. Ntuk mencapai misinya, perusahaan Lego juga mendirikan lembaga independen NGF yang berupa meneliti arah perkembangan masyarakat untuk akhirnya mewujudkan masyarakat yang kreatif. Seperti yang dikatakan oleh Michael Resnik, anggota meja bundar NGF dan pengajar di MIT laboratorium media, bahwa “keberhasilan masyarakat di masa mendatang tidak akan hanya berdasar pada informasi atas pengetahuan, tetapi pada kreativitas-kreativitasnya.”
Lego di Era Digital
Mengamati jenis permainan anak yang kini lebih banyak dihabiskan di depan layar monitor atau mainan digital lainnya, maka Lego juga membuat sebuah program permainan dengan teknologi computer yang diberi nama Lego Mindstorn. Produk ini memiliki mikro-komputer yang dicangkokkan dalam balok lego. Hal ini memungkinkan seorang anak untuk menciptakan robot dari balok lego yang dapat bergerak, berpikir dan berbuat. Di dalam paket tersebut juga terdapat software, transmitter infra merah dan 700 potong leboh balik yang berkemampuan robotis seperti merespon cahaya dan sentuhan. Perusahan Denmark ini menyatakan bahwa balok-balok yang terkomputerisasi ini akan “menghidupkan” robot-robot yang didesain oleh anak-anak dengan computer di rumah. “Di masa mendatang anak-anak tersebut akan mampu mewujudkan fantasi-fantasi gila yang mereka punya, “kata Seymour Paper, professor Riset Pengajaran di MIT. Profesor Seymour Paper telah bekerjasama dengan Lego selama lebih dari 10 tahun untuk merancang balok-balok yang memiliki sebuah microchip dan sensor-sensor cahaya serta peraba yang memungkinkan model ini dapat bereaksi dan merespon lingkungan sekelilingnya. Instruksi yang rumit dipasangkan pada balok-balok tersebut dan yang dapat di pro-gram oleh anak-anak, sehingga robot tersebut mampu melakukan banyak hal. Temuan teknologi menunjukkan bahwa Lego dapat bertahan sepanjang jaman, tanpa melupakan misi utamanya…”menciptakan mainan yang mengasah kreatifitas dan daya pikir”. Dan bukan sekedar mainan untuk bergaya.
Leave a Reply