Legenda (transportasi) Kota
Senin, 14 Juli 2014
Kegiatan dimulai pukul 10.00
Konvoi bemo warna-warni pukul 15.00
Karet Tengsin, Jakarta Pusat
Lebih dari 60 mahasiswa dari lima Universitas Jurusan Desain Komunikasi Visual akan berkumpul, berdialog, sambil mewarnai sepuluh bemo (Becak Motor) di Karet Tengsin pada Hari Senin 14 Juli 2014. Lima universitas yang berpartisipasi, yaitu: Universitas Teknologi Sydney (UTS), Universitas Multimedia Nusantara (DKV-UMN), Universitas Tarumanagara (DKV-Untar), Universitas Bina Nusantara (DKV-Binus), dan Institut Kesenian Jakarta (DKV-IKJ).
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka kunjungan 20 mahasiswa desain grafis Universitas Teknologi Sydney ke Universitas Multimedia Nasional, dan bertujuan untuk membuka ruang dialog antar mahasiswa desain grafis, sambil menyodorkan alternatif solusi dalam bagi program revitalisasi bemo[1], sebagai satu dari banyak moda transportasi masal yang legendaris di Kota Jakarta. Dengan cat sumbangan dari perusahaan cat Pacific Paint, dan patungan dari tiap universitas dan pengemudi bemo, 10 bemo akan menjadi media silaturahmi antar pengemudi bemo, mahasiswa desain grafis, dan publik.
Kegiatan ini bersifat terbuka dan publik diundang untuk berpartisipasi. Mengingat kegiatan ini berada di dalam Bulan Ramadhan, diharapkan aka nada pengumpulan baju-baju dan barang-barang bekas layak pakai yang dapat didonasikan kepada pada pengemudi bemo dan keluarganya.
Sedikit tentang Bemo
Walau telah dilarang oleh terbitnya Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 tahun 1996, dan dikukuhkan oleh Peraturan Daerah Khusus Ibukota Nomor 6, Pasal 2 ayat (6) tahun 2007 bemo (becak motor) masih beroperasi di tujuh wilayah Jakarta. Lebih dari 500 bemo masih melayani sembilan trayek, antara lain, Beos, Olimo, Manggarai, Buaran, Karet, Bendungan Hilir, dan ada tiga trayek di Grogol.
Bemo (Becak-Motor) ini awalnya bernama Daihatsu Midget jenis DK. Pertama kali diproduksi tahun 1957. Kemudinya masih berbentuk stang motor/ skuter, dengan posisi duduk pengemudi mirip sepeda motor. Mesinnya 2 langkah, berkapasitas 250 cc. Pada tahun 1959 Daihatsu mengeluarkan Midget jenis MP, yang telah menggunakan kemudi bundar. Mesin yang digunakan adalah mesin 1 silinder, berkapasitas 305 cc, dan mampu menghasilkan tenaga 12 tenaga kuda. Dengan bensin campur, maka salah-satu kelemahan Bemo ini adalah polusi udara yang dihasilkan. Tahun 1960 Daihatsu mengeluarkan mesin jenis MP4. Nampaknya jenis inilah yang banyak masuk ke Indonesia tahun 1961-1962 menjelang pesta olah raga Ganefo. Bisa jadi Soekarno berharap dengan mengimpor Daihatsu Midget maka kendaraan tradisional seperti Becak akan hilang, sehingga citra jakarta sebagai ibu kota tampak lebih mentereng. Tahun 1963, Daihatsu memproduksi Midget tipe MP5. Tipe ini memiliki mesin yang lebih baik, karena tidak lagi memakai bensin campur. Bemo jenis ini konon masih diproduksi di Thailand hingga kini. Setelah memproduksi lebih dari 300 ribu unit Daihatsu Midget, tahun 1972 Pabrik Daihatsu menghentikan produksi kendaraan niaga kecil ini.[2]
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi;
Enrico Aditjondro
+628159149515
[separator line=”yes”]
[1] Lihat profil singkat BioBemo, sebagai produk dari Program Revitalisasi Bemo Karet, terlampir
[2] Kisah Bemo #2. Dari Jepang hingga ke Tanah-Abang. Arief Adityawan. 20 Juni 2011
Leave a Reply