2001_April_Edisi 123_Bahas:
cargo cult
Ade Tanesia
Ketidakpastian situasi dan kebuntuan yang dialami oleh bangsa ini tidaklah mematahkan harapan masyarakat akan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Harapan itu tentunya tidak lagi beralaskan perhitungan rasional, tetapi pada hal-hal yang irasional. Di masyarakat banyak muncul berbagai spekulasi tentang akan datangnya ratu adil yang menyelamatkan mereka dari penderitaan. Dengan adanya kepercayaan demikian, menunggu kedatangan ratu adil adalah solusi psikologis yang untuk sementara dapat menghibur rakyat dari kesulitan hidupnya. Di saat menunggu tersebut sering dijumpai ritual-ritual tertentu.
Oleh para antropolog gerakan semacam ini seringkali disebut “Cargo Cult” yang diambil dari kasus-kasus di kepulauan Melanisia termasuk Irian Jaya. Sejak pertengahan abad 19 tepatnya tahun 1860 telah ada lapran tertulis tentang gerakan-gerakan kargoisme di Irian Jaya. Misalnya pada suku Me (Ekagi) yang mendiami daerah-daerah Wisel memberikan sebutan Pabrik untuk gerakannya. Kata Pabrik berasal dari bahasa Belanda “fabriek”. Bagi suku Me, pabrik adalah sebuah tempat yang dapat memproduksi barang-barang tanpa memerlukan teknologi atau keterlibatan manusia. Kepercayaan ini diawali ketika ada seorang guru SD bernama Paul yang dijanjikan ayahnya, Yimou, akan memperoleh kunci pabrik. Kunci tersebut digunakan untuk mengambil harta kekayaan seperti mobil, pesawat, pakaian, makanan, dll. Tak lama setelah Ayahnya meninggal, Paul langsung mengumumkan pada kampungnya bahwa ia telah memengang kunci rahasia dan membuka pabrik yang berisi barang-barang impian mereka. Kerika manusia tak mampu lagi berbuat apa-apa untuk bebas dari kemiskinannya, ternyata mekanisme kebudayaan masih memampukan mereka bertahan…yaitu dengan cara menunggu.
Leave a Reply