1998_Februari_Edisi 087_Nuansa:
alas kaki bernama SEPATU
Sekarang ini, sering dijumpai tungkai-tungkai kaki jenjang para wanita muda “dibebani” sepatu bersol sangat tebal hingga terlihat berat untuk diangkat.Model sepatu bersol sangat tebal hingga terlihat berat untuk diangkat. Model sepatu bersol tebal seperti itu pernah pula jadi “impian” anak-anak muda di tahun’70-an. Dan , karena mode selalu berputar, sepatu sol super tebal pun kembali digemari.
Tapi, apa benar sepatu jenis itu lahir pada tahun ’70-an? Ternyata, kalau kita tengok sejarah beberapa negaraTimur, sol tebal semacam itu telah digunakan pada alas kaki kaum wanita yang ingin selalu menjaga kebersihan diri mereka ketika pergi ke pemandian umum, dan itu berlangsung jauh sebelum abad ke-16!
Alas kaki bersama sepatu memang punya sejarah sepanjang jangkauan kaki manusia melangkah di bumi ini. Ada banyak kisah, kepercayaan, dan penemuan menyertai keberadaanya di sekitar kita.
ADIDAS: Sensasi Bersepatu Tanpa Rasa Sepatu !
Akhir abad ke-19, Koran-koran di Eropa sibuk mengangkat, masalah kesehatan Ujung persoalan ini dikaitkan dengan ukuran dan desain sepatu yang seringkali tidak sesuai anatomi kaki manusia. hingga awal abad ke-20, persoalan ini tidak kunjung selesai !
Adi Dassier, tukang sepatu berkebangsaan Jerman, selalu berpikir keras untuk mengembangkan fungsi dan rancangan sepatu. Akhirnya, di tahun 1920, Ia memproduksi sepatu hasil rancangannya dengan label ADIDAS, berasal dari akronim namanya sendiri. Untuk mengembangkan produknya, Adi Dassier membutuhkan waktu 29 tahun sampi berdiri sepatu Adidas di tahun 1949. Kini Adidas telah tersebar di seantero dunia dengan konsep sangat membumi dan pengembangan teknologi tercanggih.
Kenali kaki ! mungkin inilah ide dasar Adi Dassier ketika memikirkan rancangannya. Sehingga sampai saat ini, setiap prosuk Adidas berpatok pada fakta: Bahwa anatomi kaki merupakan alat paling sempurna yang memungkinkan kita bergerak atau berputar tanpa bantuan apapun. Bahwa perubahan alam, menyebabkan permukaan tanah menjadi semakin beragam dengan bentukan keras, lunak, bahkan berbatu. Bahwa manusia memerlukan alas kaki (sepatu) unutk beradaptasi terhadap setiap perubahan tersebut.
Fakta-fakta ini kemudian dituangkan ADIDAS dalam konsep produknya “Feet You Wear”, yang mengantarkan kelahiran beragam rancangan sepatu yang bersensasi alami, yaitu perasaan yang sama ketika kita tidak memakai sepatu (berkaki telanjang). Dengan konsep seperti itu, tentu saja sepatu keras semacam kelom atau bakiak bukan alas kaki yang direkomendasikan oleh ADIDAS, karena alas kaki yang baik haruslah mengikuti struktur kaki manusia.
Untuk memenuhi kriteria sepatu yang baik, ADIDAS pun menciptakan teknologi yang memungkinkan setiap komponen sepatu mereka, disesuaikan dengan bentuk kaki asli (dengan pinggiran membulat), memberikan rasa nyaman ketika kaki masuk ke dalam sepatu (dengan midsole yang tidak lurus), menimbulkan daya cengkram seperti halnya kaki telanjang (dengan outsole dibuat sepersis telapak kaki) dan dapat memberikan perlindungan pada kaki dari cidera yang disebabkan oleh lingkungan, termasuk terinjak kaki orang lain.
Karena kegiatan manusia beragam, ADIDAS pun harus menciptakan beragam teknologi sepatu, seperti sepatu bola versi terbaru, TRAXION. Berawal dari keluhan pemain bola liga Inggris, John Stone, tentang ketidaknyamanan sepatu bolanya, ADIDAS mengembangkan merancang sepatu bola dengan prinsip tidak akan menolak lagi fungsi kaki manusia secara alami tetapi memudahkan kontak antara kontak bola dengan permukaan lapangan. Dan, karena lapangan bola pun beragam kondisinya, maka TRAXION pun keluar dengan dua tipe yang berbeda, yaitu Cup, untuk pertandingan bola musim penghujan, dan liga, untuk pertandingan di permukaan lapangan yang keras.
Nah, bagaimana pun kaki Anda, apapun kegiatan Anda, pilihlah sepatu yang paling Nyaman untuk kaki Anda, yaitu sepatu yang menimbulkan sensasi bersepatu tanpa rasa sepatu.
Leave a Reply